Jumat, 17 Juni 2011

Perahu redup

Terselubung,terdampar dalam jelaga risau
Rasa memprihatinkan terusik menusuk sum-sum
Bagianku terdapat dua stigma….
Berombak besar,mengayuh kembali,merentangkan dengan
Dengusan nafas terakhir…..haah,..!

Tak perlu berkhayal,keningmu sudah tercoreng,tercoret,hitam usang
Tak akan pernah putih…
Kesepianku berangsur pula berebut dalam kedalaman
Itu hatimu merambat berkelak karena jeruji membelenggumu dalam hening

Kayuh-kayuh…dan kayuh
Kepakan layar dan dorong ketepian bisakah ?
Merah- putih kau ku junjung,ku puja dan kurban dengan nyawaku
Buanglah jauh kekalutan ,di utuh murung negeriku

Jabatlah hatiku buang seluruh bias yang selimuti,ku menangis
“ADILKAH!!
Paman,kakek,lihatlah cucumu dalam kesedihan,air mata ini berangsur kering,!!kenapa tak kunjung usai..kenapa?
Apa begitu hinakah,begitu besarkah sehingga kau beri azab yang begitu pedih.






apMenga dunia menjadikan sesuatu yang tak kupahami dan sangat memusingkan

terpahami dengan nalar jangan bahwa kekuatan dalam kehidupan akan menjadikan seseorang menjadi seseorang yang berarti tetapi tidak Semua memahami semua dapat percaya akan tipu daya yang pasti membawa kehancuran nurani
deportasi dalam kerancuan non bathiniah tak ada kekuatan yang  mampu melambungkan dalam kasih,begitulah aku Muhammad eza jaenuri lahir dengan sinkronisasi hati

Bertutur dalam nadiku,tak mungkin terlupa hanya keluguan….
Sepuntung rokok menemani mengepul asap membasahi rongga tenggorokan,
Itu nyata lalu lalang wajahmu membutakan kedua mataku…
Itu nadimu bisakah terputus,tak kenal lelah senyummu mencibirku..
Aku tak pernah,hina kilas nasihat ku menemanimu tapi apa kau tahu?
Jangan tersenyum tak usah kau melihatku ,pergilah…..

Adakah cahaya,atau sesuatu yang bisa menamparku lebih keras…
Itu di luar penciumanku dan nalarku sisi dari keburaman,itu adalah jiwaku,kosong tak berdogma
Jangan berseru,karena itu menyobek peluh hatiku
Berirama tapi tak bernada…….

Hatiku berkata berlarilah jauh..!seruan pengecut ..!UJARKU….itu hati atau sebongkah batu…
Nuranimu bertempa tapi tak berdinding tersamar tak berego luas tak bermakna.

15CANDRA

Indramu bukan hayalan bukan sepayah ucapanmu
Bualanmu merajamku di antara hujan deras tua
Salahkah jika kunikmati tubuhmu,hanya berupa sekat
Perbuatanmu merusak putih asli warnaku yamg berangsur pucat

Bibirmu merusak gusiku,dinding kamar kostmu menatap sinis
Ketika ku rapatkan tubuhmu,air gemercik mendesah tersirat bau mulutmu
Jangan pernah menyangkal bahwa ini dosa bukan karma
Ini ada bukan berupa sekat sekat  keraguan,ku tahu cintamu busuk!!

Deritan suara lidahmu,ingin ku gigit berhalusinasikan seidikit dendam
Di antara hina aroma khalayak tubuhmu yang berasa ramai jamah jemari
Haram sebenar tubuhmu di dekapanku ku nikmati beraura nafsu
Jangkar mu siap ku tinggalkan,sikapmu selalu menebar senyum antara picis
Linglung kebodohanmu,nama mereka terlihat jelas di jenong jidatmu

Sayang….., ku tahu kau tak buta, semu alasanmu hanya menyesakan dadaku…
Hari ini mendekat valentine,hanya bisu malam ini yang merambat melaju
Sedikitmu sekejap terlintas di antara bau asap rokok,wajahmu ,senyummu,
Tawamu ,bibirmu,mendekap keras di kedua kelopak mataku

Jangan berisik…, dengusan nafasnya menyebul di antara riak hujan yang tak kunjung berhenti memori ini takkan terlupa,ku enggan bicara utarakan sepatah kata,hanya tatapan mata kosong merusak lamunanku
Sayang,ku doakan makin banyak jemari manjamahmu agar kau bisa nikmati

Lupakan janjimu,karena itu hanya sayatan sembilu yang tak pantas
Aku mancintaimu lebih dari ribuan jemari yang menjamahmu
Gelap malam itu wakilkan betapa murah perbutanmu diantara mata-mata
Hanya bangku yang tak berujar,hujan jangan berhenti lihat kekasihku
Berbuat dosa…,arak di tubuhnya membakarnya.
Ini-itu

menyalakan kedua mataku
kau indah hanya dalam sekejap,
berangsur pergilah kau karena kau ada hanya karena temaram
buanglah sedikit tatapan kecilmu,ada tuhan di belakangku,ada Tuhan tepat di bisikan hatimu
bukan munafik

aku tak patut
kaupun tak patut memang bukan....
lihat langit tak perlu menanti,cibirlah jika itu menyakitimu
manusiawi sekali.... buanglah hatiku dalam rancu bising bahasa picikmu,
aku ada dalam angin,bukan sesuatu yang menggoyahkan bukan pula pijakanku tuk berdiri
andai kata sang merpati menjadikan itu bukan kiasan hati jangan pernah percaya itu ada dalam hatimu
bukan puranama yang pasti suram ,buram,kelam,hitam,hanya bahasa tubuh

cahaya itu sama sekali tak menerangi,tak juga
tak ada yang perlu di pautkan itu hanya senyawa dalam peraduan
bukanlah.....

walaupun tak manusiawi...
jangan pernah bergurau aku tak baik ada di sisimu
hanya tuhan adalah penunjuk jalanmu,bukan aku,temanmu

Sepasang hati,dan itu milikku

Bersenggama dalam uraian,terjadi dalam pertikaian ada dua hati
Yang tercampakan hanyalah dua terbisikan,jadi jangan terpaut pada rona mawar merah lambang kesungguhan,tapi apa benar langit akan tetap biru
Itu cintamu hanya sebatas kekakuan ego,tak usah berdebat satu tak kan terpilah

Aku sama dalam dekapanmu,bergantung dalam luas yang tak berlagu
Izinkan aku tuk merajuk dalam kerinduan karena Cuma itu bidadari
Ku tempatkan kalian dalam angkasa agar tetap dapat ku simak
Aku tak mampu terbit,tak sanggup berjalan kau tusuk jantungku
Meneteteslah karena aku,pandang aku biarkan matamu menikamku

Sungguh tak ingin ku buat cerita,pautan hatiku beranjak
Aku,kau,dia bukan tak mungkin harus berlari dan itu tak mudah
Pahami itu,….!?
Cinta adalah pembuktian ego,bukan tranparansi citamu citaku
Inilah jalan kita,tak mesti berperaduan aku ada di tiap kedip kalopak matamu,dan ini anugerah



                                                   Muhammad eza jaenuri,15 birthday
                                                                         Pagi,08.44

Senandung rembulan

Bahasa bibirmu berisyarat sesuatu,membingungkan dan tak dapat ku cerna
Tanpa sepatah kata hanya sedikit hela nafas yang berbaur rona pipimu
Isyaratkan aku tuk tunduk agungkan dirimu
Cinta bukan tatapan,bukan sentuhan bibir dan deruan nafsu

Cinta itu putih,tak bersyarat hanya memancarkan kesucian yang tak mungkin ternoda
Tak akan pernah terungkap hanya dengan kiasan gundah hati
Bersemayam dalam kalbu tak terangkum dalam klise sebuah kata
Tersamar bersama lantunan senandung hakiki,yang mungkin tersirat putih suci seperti dirimu

Kau tak pernah ku puja sedikitpun tak juga meramu mu dalam pikirku
Tapi ada keyakinan dalam hangat dekapan tubuhmu,merasuk di tiap tepian hatiku,cintamu suci dan bukan seburuk muka rembulan dan secangkir kopi
Di bawah redup sinaran.

                                                                                                       Muhammad eza jaenuri,13 januari 06

Degup

Ada detik,ada hari dan ada waktu
Ada seruas berbuku-buku menatap tarian dalam wajah kekasihku
Ada detak dalam jantungku, ada yang menghidupi dengan nafasnya
Ada rupawan menghembus sempurna di tiap klasik senyummu
Ada juga seruan berlanjut sedih,merasup dalam sangat indah

Bukan keharusan karena dia berjalan di sampingku
Bukan di belakangku,bukan di depanku tidak mengguruiku
Bukan pula rasa rindu berkepanjangan,dia ada bukan fatamorgana
Bukan awan kerambu yang menutupi setiap senyum mentari pagi
Bukan selaksa tapi mendamaikan,cerah bening bawa itu ke hati

Ini adalah renungan yang akan datang akan riasmu
Menatap memerlukan aku tuk ada dan bersama tersenyum
Bukalah matamu di perangai kelam sisi burukku karena pijakanku
Karena pendiriku ada dirimu dalam tiap detak jantungku

Bukan matamu yang bicara

Berangsur lunglai kekasihku,menitikan air mata
Berjalan menjemputku memelukku,menatap bening bola mataku
Terisak dalam dingin hanya ada aku dan kau ,bukan keraguan
Aku meragumu karena tabiatmu memaksaku,tak ada dan bukan kejujuran
Hanya hujan yang menangis,bukan aku dan kamu

Duhai engkau sang penabur hati,nikmati hatiku Yang lusuh
Coba tatap aku dengan hatimu,tak usah kau bicara
itu hanya tatapanmu menembus batas imaji aku Tak pernah pikir
Hanya malam ini dan langit yang sangat buram memaksaku
Tak sedikitpun tak kuinginkan mengingatmu atau membagi

Dera tak pernah akan jera tak perlu kau membalasku
Bimbang merambat selubungi seluruh hatiku hitam dan putih
Kesalahan ini butakan dan memiliki sedikit arti dalam titian nanti
Engkau hanya akan menjadi bagian dalam sekelumit ceritaku
Tajam matamu tak bisa bangkitkan kerlingan Yang tlah lalu
                         
                                                              Jakarta,12Januari2006 020:20wib,malem

Minggu, 15 Mei 2011

15

Jelang detik berdetik
tak luput dari kesungguhan
tabiatkan keinginan suci tuk menjadi lebih baik
aku tak sempurna, aku hanya ingin berguna

Sang hidup sejati
ada dan terus memberi nafas
memberi warna dan tak lelah
sang siang selalu terang
ada di perempat pelupuk mata
aku tak perlu bicara karena sudah tak ada rongga
wahai cinta sejatiku
biarkanlah ku semat semua inginku dalam hatimu

merayu bukan rayuan
sujudkan gejolak hati yang sering bergolak
lambat-launkan egoku tuk menjadi panutanya
aku tak seputih salju,tak juga seputih awan
aku hanya kegelapan yang selalu berusaha
memutihkan semua

aku ada di senyumnya ,
aku hidup di sampingnya
aku selalu menyanyikan lagu bahagia
agar dia tau, akau bangga bersamanya
sang juli tetaplah menjadi inspirasiku
hingga penghujung masa tuaku.

Jumat, 17 Juni 2011

Perahu redup

Terselubung,terdampar dalam jelaga risau
Rasa memprihatinkan terusik menusuk sum-sum
Bagianku terdapat dua stigma….
Berombak besar,mengayuh kembali,merentangkan dengan
Dengusan nafas terakhir…..haah,..!

Tak perlu berkhayal,keningmu sudah tercoreng,tercoret,hitam usang
Tak akan pernah putih…
Kesepianku berangsur pula berebut dalam kedalaman
Itu hatimu merambat berkelak karena jeruji membelenggumu dalam hening

Kayuh-kayuh…dan kayuh
Kepakan layar dan dorong ketepian bisakah ?
Merah- putih kau ku junjung,ku puja dan kurban dengan nyawaku
Buanglah jauh kekalutan ,di utuh murung negeriku

Jabatlah hatiku buang seluruh bias yang selimuti,ku menangis
“ADILKAH!!
Paman,kakek,lihatlah cucumu dalam kesedihan,air mata ini berangsur kering,!!kenapa tak kunjung usai..kenapa?
Apa begitu hinakah,begitu besarkah sehingga kau beri azab yang begitu pedih.






apMenga dunia menjadikan sesuatu yang tak kupahami dan sangat memusingkan

terpahami dengan nalar jangan bahwa kekuatan dalam kehidupan akan menjadikan seseorang menjadi seseorang yang berarti tetapi tidak Semua memahami semua dapat percaya akan tipu daya yang pasti membawa kehancuran nurani
deportasi dalam kerancuan non bathiniah tak ada kekuatan yang  mampu melambungkan dalam kasih,begitulah aku Muhammad eza jaenuri lahir dengan sinkronisasi hati

Bertutur dalam nadiku,tak mungkin terlupa hanya keluguan….
Sepuntung rokok menemani mengepul asap membasahi rongga tenggorokan,
Itu nyata lalu lalang wajahmu membutakan kedua mataku…
Itu nadimu bisakah terputus,tak kenal lelah senyummu mencibirku..
Aku tak pernah,hina kilas nasihat ku menemanimu tapi apa kau tahu?
Jangan tersenyum tak usah kau melihatku ,pergilah…..

Adakah cahaya,atau sesuatu yang bisa menamparku lebih keras…
Itu di luar penciumanku dan nalarku sisi dari keburaman,itu adalah jiwaku,kosong tak berdogma
Jangan berseru,karena itu menyobek peluh hatiku
Berirama tapi tak bernada…….

Hatiku berkata berlarilah jauh..!seruan pengecut ..!UJARKU….itu hati atau sebongkah batu…
Nuranimu bertempa tapi tak berdinding tersamar tak berego luas tak bermakna.

15CANDRA

Indramu bukan hayalan bukan sepayah ucapanmu
Bualanmu merajamku di antara hujan deras tua
Salahkah jika kunikmati tubuhmu,hanya berupa sekat
Perbuatanmu merusak putih asli warnaku yamg berangsur pucat

Bibirmu merusak gusiku,dinding kamar kostmu menatap sinis
Ketika ku rapatkan tubuhmu,air gemercik mendesah tersirat bau mulutmu
Jangan pernah menyangkal bahwa ini dosa bukan karma
Ini ada bukan berupa sekat sekat  keraguan,ku tahu cintamu busuk!!

Deritan suara lidahmu,ingin ku gigit berhalusinasikan seidikit dendam
Di antara hina aroma khalayak tubuhmu yang berasa ramai jamah jemari
Haram sebenar tubuhmu di dekapanku ku nikmati beraura nafsu
Jangkar mu siap ku tinggalkan,sikapmu selalu menebar senyum antara picis
Linglung kebodohanmu,nama mereka terlihat jelas di jenong jidatmu

Sayang….., ku tahu kau tak buta, semu alasanmu hanya menyesakan dadaku…
Hari ini mendekat valentine,hanya bisu malam ini yang merambat melaju
Sedikitmu sekejap terlintas di antara bau asap rokok,wajahmu ,senyummu,
Tawamu ,bibirmu,mendekap keras di kedua kelopak mataku

Jangan berisik…, dengusan nafasnya menyebul di antara riak hujan yang tak kunjung berhenti memori ini takkan terlupa,ku enggan bicara utarakan sepatah kata,hanya tatapan mata kosong merusak lamunanku
Sayang,ku doakan makin banyak jemari manjamahmu agar kau bisa nikmati

Lupakan janjimu,karena itu hanya sayatan sembilu yang tak pantas
Aku mancintaimu lebih dari ribuan jemari yang menjamahmu
Gelap malam itu wakilkan betapa murah perbutanmu diantara mata-mata
Hanya bangku yang tak berujar,hujan jangan berhenti lihat kekasihku
Berbuat dosa…,arak di tubuhnya membakarnya.
Ini-itu

menyalakan kedua mataku
kau indah hanya dalam sekejap,
berangsur pergilah kau karena kau ada hanya karena temaram
buanglah sedikit tatapan kecilmu,ada tuhan di belakangku,ada Tuhan tepat di bisikan hatimu
bukan munafik

aku tak patut
kaupun tak patut memang bukan....
lihat langit tak perlu menanti,cibirlah jika itu menyakitimu
manusiawi sekali.... buanglah hatiku dalam rancu bising bahasa picikmu,
aku ada dalam angin,bukan sesuatu yang menggoyahkan bukan pula pijakanku tuk berdiri
andai kata sang merpati menjadikan itu bukan kiasan hati jangan pernah percaya itu ada dalam hatimu
bukan puranama yang pasti suram ,buram,kelam,hitam,hanya bahasa tubuh

cahaya itu sama sekali tak menerangi,tak juga
tak ada yang perlu di pautkan itu hanya senyawa dalam peraduan
bukanlah.....

walaupun tak manusiawi...
jangan pernah bergurau aku tak baik ada di sisimu
hanya tuhan adalah penunjuk jalanmu,bukan aku,temanmu

Sepasang hati,dan itu milikku

Bersenggama dalam uraian,terjadi dalam pertikaian ada dua hati
Yang tercampakan hanyalah dua terbisikan,jadi jangan terpaut pada rona mawar merah lambang kesungguhan,tapi apa benar langit akan tetap biru
Itu cintamu hanya sebatas kekakuan ego,tak usah berdebat satu tak kan terpilah

Aku sama dalam dekapanmu,bergantung dalam luas yang tak berlagu
Izinkan aku tuk merajuk dalam kerinduan karena Cuma itu bidadari
Ku tempatkan kalian dalam angkasa agar tetap dapat ku simak
Aku tak mampu terbit,tak sanggup berjalan kau tusuk jantungku
Meneteteslah karena aku,pandang aku biarkan matamu menikamku

Sungguh tak ingin ku buat cerita,pautan hatiku beranjak
Aku,kau,dia bukan tak mungkin harus berlari dan itu tak mudah
Pahami itu,….!?
Cinta adalah pembuktian ego,bukan tranparansi citamu citaku
Inilah jalan kita,tak mesti berperaduan aku ada di tiap kedip kalopak matamu,dan ini anugerah



                                                   Muhammad eza jaenuri,15 birthday
                                                                         Pagi,08.44

Senandung rembulan

Bahasa bibirmu berisyarat sesuatu,membingungkan dan tak dapat ku cerna
Tanpa sepatah kata hanya sedikit hela nafas yang berbaur rona pipimu
Isyaratkan aku tuk tunduk agungkan dirimu
Cinta bukan tatapan,bukan sentuhan bibir dan deruan nafsu

Cinta itu putih,tak bersyarat hanya memancarkan kesucian yang tak mungkin ternoda
Tak akan pernah terungkap hanya dengan kiasan gundah hati
Bersemayam dalam kalbu tak terangkum dalam klise sebuah kata
Tersamar bersama lantunan senandung hakiki,yang mungkin tersirat putih suci seperti dirimu

Kau tak pernah ku puja sedikitpun tak juga meramu mu dalam pikirku
Tapi ada keyakinan dalam hangat dekapan tubuhmu,merasuk di tiap tepian hatiku,cintamu suci dan bukan seburuk muka rembulan dan secangkir kopi
Di bawah redup sinaran.

                                                                                                       Muhammad eza jaenuri,13 januari 06

Degup

Ada detik,ada hari dan ada waktu
Ada seruas berbuku-buku menatap tarian dalam wajah kekasihku
Ada detak dalam jantungku, ada yang menghidupi dengan nafasnya
Ada rupawan menghembus sempurna di tiap klasik senyummu
Ada juga seruan berlanjut sedih,merasup dalam sangat indah

Bukan keharusan karena dia berjalan di sampingku
Bukan di belakangku,bukan di depanku tidak mengguruiku
Bukan pula rasa rindu berkepanjangan,dia ada bukan fatamorgana
Bukan awan kerambu yang menutupi setiap senyum mentari pagi
Bukan selaksa tapi mendamaikan,cerah bening bawa itu ke hati

Ini adalah renungan yang akan datang akan riasmu
Menatap memerlukan aku tuk ada dan bersama tersenyum
Bukalah matamu di perangai kelam sisi burukku karena pijakanku
Karena pendiriku ada dirimu dalam tiap detak jantungku

Bukan matamu yang bicara

Berangsur lunglai kekasihku,menitikan air mata
Berjalan menjemputku memelukku,menatap bening bola mataku
Terisak dalam dingin hanya ada aku dan kau ,bukan keraguan
Aku meragumu karena tabiatmu memaksaku,tak ada dan bukan kejujuran
Hanya hujan yang menangis,bukan aku dan kamu

Duhai engkau sang penabur hati,nikmati hatiku Yang lusuh
Coba tatap aku dengan hatimu,tak usah kau bicara
itu hanya tatapanmu menembus batas imaji aku Tak pernah pikir
Hanya malam ini dan langit yang sangat buram memaksaku
Tak sedikitpun tak kuinginkan mengingatmu atau membagi

Dera tak pernah akan jera tak perlu kau membalasku
Bimbang merambat selubungi seluruh hatiku hitam dan putih
Kesalahan ini butakan dan memiliki sedikit arti dalam titian nanti
Engkau hanya akan menjadi bagian dalam sekelumit ceritaku
Tajam matamu tak bisa bangkitkan kerlingan Yang tlah lalu
                         
                                                              Jakarta,12Januari2006 020:20wib,malem

Minggu, 15 Mei 2011

15

Jelang detik berdetik
tak luput dari kesungguhan
tabiatkan keinginan suci tuk menjadi lebih baik
aku tak sempurna, aku hanya ingin berguna

Sang hidup sejati
ada dan terus memberi nafas
memberi warna dan tak lelah
sang siang selalu terang
ada di perempat pelupuk mata
aku tak perlu bicara karena sudah tak ada rongga
wahai cinta sejatiku
biarkanlah ku semat semua inginku dalam hatimu

merayu bukan rayuan
sujudkan gejolak hati yang sering bergolak
lambat-launkan egoku tuk menjadi panutanya
aku tak seputih salju,tak juga seputih awan
aku hanya kegelapan yang selalu berusaha
memutihkan semua

aku ada di senyumnya ,
aku hidup di sampingnya
aku selalu menyanyikan lagu bahagia
agar dia tau, akau bangga bersamanya
sang juli tetaplah menjadi inspirasiku
hingga penghujung masa tuaku.